Friday, May 24, 2013

Cerpen Remaja





cerpen remaja
 

 Anisa di Balik Jeruji Besi

 

         Sebenarnya bukan pilihan ku hidup dalam lingkaran Setan ini.Akan tetapi iblis-iblis itu berhasil mengguruiku hingga sepertinya aku berhasil menjadi murid andalanya dalam menjajakan barang-barang haram ini yang sebelumnya hanya ada dalam angan-angan ku saja, karena aku memang tidak mau berjabat tangan dan berkenalan dengan racun setan itu. Ini bukan kemauan ku. apalagi orang tua ku yang sebenarnya tidak meminta banyak dari ku mereka tidak menuntutku memberi uang, emas intan atau bahkan berlian, namun hanya satu yang mereka harapakan yaitu ilmu. Ilmu Agama yang sangat di inggin kan oleh kedua malaikat penjagga ku itu. Sebagai seorang Santri bahkan tidak jarang aku membantu Abi ku mengajar anak-anak mengaji, tentu aku sangat di harapkan menjadi generasi penerus keluargaku yang terkenal dengan keluarga Santri lantaran Eyang sampai Abiku menjadi tokoh Agama di lingkunganku.

       Aku memang seorang santri namun itu sebutanku dulu ketika aku masih duduk di bangku sekolah tinggkat Atas di sebuah pondok pesanten yang ada di Daerah ku. Namun sebutan itu terlalu indah untuk seorang Bandar Narkoba sepertiku. Llintasan waktu dalam hdupku ini sangat cepat merubah segalanya secepat membalikkan tangan bahkan bagaikan kita mengedipkan mata atau bahkan bagai kilat petir yang menyambar pohon rindang yang dapat memberikan kesejukan namun pohon rindang itu tumbang hingga akhirnya kesejukan berubah menjadi gersang. Begitu pula dengan aku, dulu aku begitu merasa tenang damai dan ada kesejukan dalam qalbuku, karena aku merasa Alloh selalu dekat denga ku. Tapi ganasnya petir Nrkoba itu telah menyambar ku hingga aku terpental jauh dari Ajaran Alloh, dan membuat hidup ini terasa gersang, gelisah dan ketakutan.” Aku takut jika Abi dan Umi tau sosok putri semata wayangnya telah serong dari harapan mereka. Mereka pasti menganggap Aku hampir selesai Kuliah karena ini adalah tahun ketiga aku merantau ke Jambi ini artinya tinggal setahun lagi aku menjadi seorang sarjana physikologi. Memang pada awalnya Abi kurang setuju aku mengambil jurusan ini karena beliau berkeingginan Aku menjadi guru Agama, dan dapat mengajar di Pondok Abi yang baru 3 tahun ini berdiri,. Akan tetapi aku punya keinginan lain aku merasa belajar ku Agama sejak SD sampai Sma sudah cukup untuk ku dan ini saatnya aku mencari ilmu Lain, aku juga ingin mengembangkan pikiran ku harapan ku Akhirat dan Dunia seimbang. Hingga khirnya kedua orang tua ku pun setuju karena mereka sangat mempercayaiku dan memutuskan Aku Kuliah di Jambi dengan Alasan supaya Aku dapat tinggal di rumah nenek, ibu dari Abiku karena memang dari Jambilah Abi berasal dan di sinilah sebenanya kota kelahiranku. Akan tetapi ketika aku berusia 3 tahun orang tuaku memutuskan menetap di kota kelahiran Umi yaitu di Pacitan Jawa Timur. Namun sekitar setahun setengah aku tinggal di rumah Nenek, Bibi ku pulang dengan cerita sedih ia di tinggal kabur suaminya dan harus mengurus ketiga anaknya sendiri yang masih kecil’’. Karena rumah nenek hanya ada dua kamar., Aku memutuskan keluar dari rumah nenek karena aku juga kasihan pada Bibiku, dan aku memilih kost di dekat kampus. Dari sinilah semua tentang kehidupan ku berubah kehidupan anak kost yang jauh dari pengawasan orang tua tapi sebenarnya dekat dengan pengawasan Tuhan.

       Aku satu kamar dengan seorang gadis berambut ikal dan berkulit putih dan terkadang membuatku merasa bingung dengan senyum sinisnya dan sikap juteknya, tapi terkadang dia manis padaku hingga akhirnya kita menjadi teman akrab. Gadis itu bernama Bela, Salsabela nama lengkapnya,, gadis kelahiran Surabaya 1990 ini ternyata satu jurusan dengan ku hanya saja kita berbeda ruang. Hari demi hari kita kita lalui bersama berangkat ke kampus bersama, cari makan, mengerjakan tugas., hingga suatu hari kami berkenalan dengan seorang cowok dari kampus sebelah. Seorang cowok yang mempunyai postur tubuh tinggi, dengan ciri khas rmbut di cat pirang ini, bernama Antok, dengan ramahnya menyapa kami di jalan ia tahu bahwa kami seorang mahasiswi dan kebetulan jurusan kami sama . awalnya ia sering mengajak kami belajar bersama pergi ke perpustakaan umum mencari reverensi. Antok mengajak kami ke perpustakaan memjadi hal yan biasa buat kami dan kamipun semakin akrab dengan cowok itu’ bahkan kami menganggap Antok sudah seperti saudara tua kami alias kakak buat kami karena selisih umur antok yang berbeda dua tahun lebih tua dari kami. Bahkan aku dan Bila tidak segan-segan curhat dengan Antok masalah kehidupan kami. Sebagai anak kost yang jauh dari orang tua kami sangat membutuh kan kasih sayang dan perhatian dari orang lain dan kami merasa Antoklah orang yang tepat kami jadikan saudara tua di kota perantauan ini. Hampir tanggal tua itu artinya aku harus segera melunasi uang kost ku untuk bulan ini, belum lagi semesteran yang akan di laksanakan minggu depan padahal uang untuk semester ini baru aku cicil setengahnya saja. Kantong ku semakin menipis coba saja aku tidak mengikuti pola hidupnya Bila yang suka belanja dan membeli barang yang menurutku hanya sekilas sedap di pandang mata pasti uang kiriman Abi untuk bulan ini belum habis. Tapi harus bagaimana lagi lembaran uang sudah berubah menjadi lembaran kain dan manik-manik perhiasan. Aku sangat binggung dengan keadaan ku waktu itu dan aku putuskan untuk mencari pekerjaan karena, tidak mungkin rasanya Aku meminta pada Abi karena belum genap satu bulan ia kirimkan uang untukku. Ternyata tidak semudah yang ku pikirkan sulit sekali aku mencari pekerjaan itu hampir seluruh sudut kota jambi aku telusuri namun hasilnya nihil aku di tolak. Sepertinya matahari mulai meredupkan sinar terangnya dan mulai menutup senyumanya, langit biru pergi bergantian dengan mega merah berubah suasana cerah menjadi petang itu tandanya aku harus segera pulang, ku percepat langkah ku menuju tempat kost ku karena suara Adzan Maghrib sudah berkumandang.

             Setelah ku jalankanSholat Maghrib dan Isya, ku rebahkan badanku di ranjang kecil tempat tidurku rasanya letih sekali badanku ini setelah seharian keliling kota Jambi. Rasa kantukku ini sudah tidak bisa menahan mataku untuk ku buka akupun segera terlelap. Selang beberapa jam aku mendengar suara orang mengetuk pintu awalnya aku biarkan saja karena ini sudah lewat tengah malam, namun suara itu tidak berhenti bahkan menjadi, aku pun segera bergegas turun dari tempat tengah berdiri di hadapan ku ‘ ternyata kamu Bil ?, tanyaku pada bila sahabatku. Iya Nis aku baru pulang kerja uang ku sekarang banyak dan bisa buat belanja plus bayar kuliah tanpa minta orang tua? Aku pun sangat tertarik dengan perkataan bila yang katanya ia dapat kerja dari Anton dan gajinya lumayan banyak. Bila bilang pada ku bahwa ia hanya mengantar pesanan barang setelah itu ia langsung mendapat gaji dari bosnya si Antok. Karena aku sangat membutuhkan uang tanpa pikir panjang akupun segera mengikuti langkah Bila mengantarkan pesanan barang ke orang-orang langganan bosnya Antok. Aku sendiri bahkan tidak tau apa isi di dalam kotak yang terbungkus rapi itu, Cuma Aku dan Bila mendapat pesan dari si Antok harus hati’’ menjaganya.

         Sudah tiga bulan terakhir ini aku menjalankan pekrjaan ini dan hasilnya sangat menyenankan buat ku apalagi si bila dia semakin menjadi hoby belanjanya. Karena uang hasil kerjaku lumayan banyak aku pun terlarut dalam kesenangan ini ku tingglkan beberapa pelajaran di kampus bhkan Sholat fardhu ku pun aku tinggalkan demi sibuknya aku dengan pekerjaan tdak jelas ini.
         Suatu ketika aku ingin sekali mengetahui benda yang ada di dalam bingkisan kecil ini. Kali ini Antok tidak menghalangi kami untuk membuka Bingkisan mungil itu bahka ia menyuruh kami untuk membuka. Aku lebih senang jika kalian membuka dan mencobanya, tutur Antok singkat. Aku dan Bila saling bertatapan kami terkejut dan hampir tidak percaya dengan apa yang kita lakoni selama ini bahwa kami sebagai pengedar Narkoba. Entah setan apa yang merasuki pikiran kita saat itu hingga membuat kami seperti anak TK yang terlena dengan rayuan warna-warni barang haram tersebut. Berawal dari coba-coba hingga kami sudah biasa memakainya. Sudah berbulan-bulan aku tidak mengetahui kabar keluargaku di jawa bahkan Nenek dan Bibiku yang tinggal satu kota denganku. bukan mereka yang tidak mau menghubungiku tapi akulah yang selalu mengabaikan mereka ketika telpon genggamku berdering dan tertera salah satu nama mereka. Pernah aku angkat telpon dari Umi namun itu hanya sekilas saja. Aku katakan Aku ada paktek jadi sangat sibuk….!.

        Semakin lama bukan semakin tentram hidupku namun kegalauan yang aku rasakan semakin menyayat jiwaku apalagi ketika aku pandang foto kedua orang tuaku dan sebuah Mushaf kecil yang kini hampir tidak tampak sampulnya karena tertutup debu, hati ini ingin menjerit dan lari dari kebiasaan ini. Namun kesadaran ini kerap hilang apa bila aku sudah berkeinginan menelan obat setan itu, sungguh ini merupakan belenggu bagi ku..

           Kali ini aku harus berangkat subuh untuk mengantarkan bebrapa pesanan kepada pelanggan dengan di temani sahabatku Bila. ku langkahkan kaki ku dari halaman kost ku baru kira’’ 3 langkah kami berjalan tiba’’ kami terhenti dengan datangnya dua orang laki’’ berseragam seperti pramuka kami pun sudah tidak berkutik lagi karena dua orang lelaki itu polisi yang sudah siap meringkus kami. Berita bahwa kami seorang pengedar di dapatkan dari Antok yang semalam sudah tertangkap dan kini sudah mendekam di tahanan. Akan tetapi Antok tidak akan sendiri karna Aku dan Bila segera menyusulnya.

     Sudah setahun lamanya aku menghuni rumah berjeruji besi namun orang tuaku belum mengetahui hal ini. Hanya nenek dan bibiku yang mengetahui hal ini, itu pun bukan dari aku mereka membaca surat kabar yang beredar di sekitar kota jambi. Nenek dan bibiku sengaja tidak memberi tahu orang tuaku sementara mereka mencari waktu yang tepat untuk menjelaskan ini semua.Di balik jeruji besi ini beribu rasa dalam diri ku rasa sakit harus melewati masa sakaw, rasa takut, malu dan berdosa pada tuhan dan kedua malaikat penjagaku.., entah sampai kapan aku simpan rahasia kotor ini, ?. sungguh aku hanya bisa berharap,, Ya Alloh ampuni aku,, dan izinkanlah aku bertemu dengan sosok wanita lembut yang dulu selalu dengan sabar menidurkanku, mendidiku hingga aku sempat terkenal dengn sebutan si Anisa gadis santun dia adalh Ibu ku, dalam benak ku aku selalu menjerit Abi, Umi aku rindu sholat berjamaah dengan kalian…………….!.

       Kini impian ku menjadi seorang sarjana physikologi telah kandas apalagi harapan Abi yang ingin menjadikan aku seorang guru Ngaji, yang ada hannyalah aku Anisa di balik jeruji besi. Bukan Anisa seorang Sarjana Physikologi.

  # @@,, TAMAT ,,@@#